Rabu, 27 November 2013

Tugas VII



PENGARUH BISNIS INTERNASIONAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI

Pengertian Bisnis Internasional adalah bisnis yang kegiatan-kegiatannya melewati batas-batas negara. Definisi ini tidak hanya termasuk perdagangan internasional dan pemanufakturan di luar negeri, tetapi juga industri jasa yang berkembang di bidang- bidang seperti transportasi, pariwisata, perbankan, periklanan, konstruksi, perdagangan eceran, perdagangan besar dan komunikasi massa.Adapun pengaruh bisnis internasional adalah sebagai berikut :
1.    Ingin memperoleh barang yang tidak di produksi di dalam negeri : Biasanya ini di sebabkan
oleh suatu negara tidak memiliki sumber daya alam yang di perlukan atau karena tidak memiliki teknologi maupun sumber daya manusia yang memumpuni untuk memproduksi jenis barang tersebut.
2.  Memperluas pasar : Hal ini terjadi karena permintaan dari dalam negeri terhadap suatu barang telah terpenuhi maka untuk mengatasi suatu kelebihan produksi satu-satunya cara adalah negara tersebut memanfaatkan pasar luar negeri atau pasar negara lain agar negara tersebut mencapai laba maksimal.
3.  Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
4.  Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.
5.  Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya keterbatasan produksi.
6.  Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam mengolah sumber daya ekonomi.
7.  Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara.

     RESIKO BISNIS INTERNASIONAL

Dalam kegiatan perdagangan internasional(antar-negara) sering kali suatu negara mengalami hambatan. Hambatan perdagangan internasional adalah regulasi atau peraturan pemerintah yang membatasi perdagangan bebas.
Berikut ini beberapa hambatan yang sering muncul dalam perdagangan internasional.
a.   Perbedaan Mata Uang Antarnegara
Mata uang yang berlaku di setiap negara berbeda – beda. Negara yang melakukan kegiatan ekspor, biasanya meminta kepada negara pengimpor untuk membayar dengan menggunakan mata uang negara pengekspor. Pembayarannya tentunya akan berkaitan dengan nilai uang itu sendiri. Padahal nilai uang setiap negara berbeda-beda. Apabila nilai mata uang negara pengekspor lebih tinggi daripada nilai mata uang negara pengimpor, maka dapat menambah pengeluaran bagi negara pengimpor. Dengan demikian, agar kedua negara diuntungkan dan lebih mudah proses perdagangannya perlu adanya penetapan mata uang sebagai standar internasional.
b . Kualitas Sumber Daya yang Rendah
Rendahnya kualitas tenaga kerja dapat menghambat perdagangan internasional karena jika sumber daya manusianya rendah, maka kualitas dari hasil produksi(produk) akan rendah pula. Suatu negara yang memiliki kualitas produk rendah akan sulit bersaing dengan barang – barang yang dihasilkan oleh negara lain yang kualitasnya lebih baik. Hal ini tentunya menjadi penghambat bagi negara yang bersangkutan untuk melakukan perdagangan internasional.
c . Pembayaran Antarnegara Sulit dan Risikonya Besar
Pada saat melakukan kegiatan perdagangan internasional, negara pengimpor akan mengalami kesulitan dalam hal pembayaran. Apabila pembayarnya dilakukan secara tunai maka negara pengimpor akan mengalami kesulitan dan resiko yang tinggi, seperti perampokan. Oleh karena itu, negara pengekspor tidak mau menerima pembayaran secara tunai tetapi melalui kliring internasional atau telegraphic transfer atau menggunakan L/C.
d . Adanya Kebijaksanaan Impor dari Suatu Negara
Setiap negara tentunya akan selalu melindungi hasil produksinya sendiri. Mereka tidak ingin hasil produksinya tersaingi oleh hasil peoduksi dari luar negeri. Oleh karena itu, setiap negara akan memberlakukan kebijakan untuk melindungi barang-barang dalam negeri. Salah satunya dengan menetapkan tarif impor.
Apabila tarif impor tinggi maka produk impor tersebut akan menjadi lebih mahal daripada peoduk dalam negeri sehingga mengakibatkan masyarakat menjadi kurang tertarik untuk membeli produk impor. Hal itu akan menjadi penghambat bagi negara lain untuk melakukan perdagangan.
e . Terjadinya Perang
Terjadinya perang dapat menyebabkan hubungan antarnegara terputus. Selain itu, kondisi perekonomian negara yang sedang berperang tersebut juga akan mengalami kelesuan. Hal ini dapat menyebabkan perdagangan antarnegara akan terhambat.
f .  Adanya Organisasi – Organisasi Ekonomi Regional
Biasanya dalam satu wilayah regional terdapat organisasi – organisasi ekonomi. Tujuan organisasi – organisasi tersebut adalah untuk memajukan perekonomian negara – negara anggotanya. Kebijakan serta peraturan yang dikeluarkannya pun hanya untuk kepentingan negara – negara anggota saja. Sebuah organisasi ekonomi regional akan mengeluarkan peraturan ekspor dan impor yang khusus untuk negara anggotanya. Akibatnya apabila ada negara di luar anggota organisasi tersebut melakukan perdagangan dengan negara anggota akan mengalami kesulitan.

SUMBER:
http://maspur-gamers.blogspot.com/2012/12/pengertian-bisnis-internasional.html
http://jamalharyadi.wordpress.com/page/2/
http://dewimayasari.wordpress.com/2011/04/23/hambatan-perdagangan-internasionalantar-negara/

Selasa, 19 November 2013

Tugas VI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
      Di Era Globalisasi sekarang ini perkembangan bisnis franchise di Indonesia sudah semakin berkembang dengan pesat. Salah satu dari bisnis yang paling berpeluang besar adalah bisnis restoran. Hal ini juga yang menyebabkan makin banyaknya investor yang menanamkan modalnya pada bisnis kuliner, karena investor beranggapan bisnis kuiner memiliki tingkat pengembalian tingkat investasi yang relative cepat dan dapat memenuhi kebutuhan primer masyarakat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah restoran yang berdiri dan berkembang.Bisnis restoran di Indonesia mulai banyak dikembangkan dengan system usaha waralaba. Sistem waralaba di anggap menguntungkan karena merupakan system perdagangan yang kebal dengan resesi ekonomi. Selain itu, system waralaba juga menguntungkan produsen karena mereka membuka cabang-cabang di daerah tertentu sehingga mudah dikenal oleh konsumen dan memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh system yang mengharuskan setiap cabang mempunyai standar yang sama dengan perusahaan induk. Contoh perusahaan dengan system waralaba adalah Pecel Lele Lela. Menu makanan dengan pecel lele sudah tidak asing lagi kita dengar hampir di setiap kaki lima banyak yang menjual pecel lele. Akan tetapi tidak banyak pecel lele yang berjualan dari siang hari hingga larut malam. Disinilah perbedaan Pecel Lele Lela dengan yang lain karena perusahaan ini membidik pangsa pasar mulai dari jam operasional di siang hari hingga larut malam. Mereka juga menawarkan menu pecel lele beraneka ragam dengan harga yang terjangkau dan tentu saja rasa yang bisa di adu.  Rumah Makan Pecel Lele Lela ada juga yang berada di Depok, Ada 2 Rumah Makan Pecel Lele Lela yang berlokasi di jalan Margonda Raya Depok. Menu makanan pecel lele sudah tidak asing lagi kita dengar. Hampir sepanjang jalan dapat kita temukan warung kaki lima yang menjual pecel lele. Akan tetapi kita hanya dapat menemukan warung makan yang menjual pecel lele di sore hari hingga larut malam. Disinilah hal yang membedakan Rumah Makan Pecel Lele Lela. Waralaba ini membidik pangsa pasar bagi penggemar makanan pecel lele di siang hari dengan memulai jam buka operasional di siang hari. Mereka juga menawarkan berbagai macam menu pecel lele yang beraneka ragam dengan harga cukup terjangkau.
1.2 Tujuan
            Tujuan dari observasi ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang manajemen restoran waralaba Rumah Makan Pecel Lele Lela, mulai dari awal usaha berdiri, pemilihan bahan baku, produk yang dihasilkan hingga kualitas pelayanan terhadap konsumen. 
BAB II
PEMBAHASAN
            Menciptakan sesuatu yang awalnya biasa-biasa saja, bahkan dipandang sebelah mata, menjadi sesuatu yang eksklusif dan menguntungkan secara bisnis. Itulah yang dilakukan Rangga Umara, pemilik restoran Pecel Lele Lela yang kini memiliki 92 outlet di Jakarta, Bandung, dan beberapa kota lainnya. Namun, jalan yang harus dilakoni sarjana informatika dalam berbisnis Pecel Lele ini tidaklah mudah dan cepat, penuh liku-liku. Pria kelahiran 3 Januari 1979 ini awalnya kerap merugi, dikerjain pemilik lahan yang ia sewa, bahkan sempat terjebak rentenir. Berawal dari keputusannya untuk mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Marketing Communication Manager di sebuah perusahaan pengembang di Bekasi, karena nyaris bangkrut, Rangga berpikir untuk berwirausaha. Lantas ia memilih usaha pecel lele, alasannya sederhana, sejak kuliah ia penggemar berat pecel lele. Rangga juga mempunyai pemikiran, untuk memulai usaha itu seperti masuk kamar Mandi. Tidak perlu mencatat apa saja yang dibutuhkan untuk mandi. "Coba saja dulu. Kalau sudah masuk nanti juga dipikirkan yang kurang," jelas rangga Tak hanya berangan-angan, tahun 2006 lalu, ia pinjam uang dari orang tuanya sebesar Rp3 juta untuk menyewa tempat ukuran 2 x 2 meter dengan biaya sewa sebesar Rp250 ribu per bulan. Sisanya untuk membeli perlengkapan usaha. Karena tak bisa memasak, Rangga memperkerjakan orang lain yang pandai memasak. Iapun menamai daganganya tersebut Pecel Lele Lela alias lebih laku.
 Pada hari pertama jualan pecel lele, keuntungan yang didapat hanya Rp. 20 ribu, begitupun hari kedua, ketiga, dan hari ke-22 untungnya hanya bertambah sedikit. Hingga bulan ke lima, hasilnya pun sama saja, bahkan mines.
Menyadari itu, dengan uang seadanya, Rangga memutuskan pindah tempat. Lantas ia ngajak kerja sama dengan warung yang selalu sepi namun berada di lokasi yang strategis di daerah Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Pendek kata, Rangga jadilah bekerja sama dengan pemilik warung tersebut dengan setoran satu juta perbulan. Warung itu kemudian ia desain sedemikian rupa dan diberi poster.
Namun, nasib baik belum menghampirinya. Pecel lelenya masih belum laku juga. Ketika berjualan lele,yang laku malahan ayam. Lantas ia melakukan inovasi. Lele yang awalnya hanya dibaluri garam dan sedikit bumbu, ia modifikasi cara masaknya serta bumbunya. Jadilah lele yang dagingnya lembut dan ditaburi tepung. Jadilah lele tepung yang lambat laun disukai konsumen. Selanjutnya, ia bereksperimen dengan menciptakan menu-menu lain hasil olahan dari pecel lele.
Mulailah pecel lele Lelanya menarik perhatian pengunjung. Diawal perubahan konsep pecel lelenya tersebut, keuntungan Rangga menjadi Rp3 juta setiap bulannya. Namun, tantangan bagi Rangga belumlah usai. Menyadari usaha pecel lele Lela milik Rangga laris, pemilik lahan menaikkan setoran jadi Rp2 juta sebulan. Padahal, dengan semakin banyaknya pengunjung, Rangga harus memikirkan gaji tiga karyawannya.
Rangga pun akhirnya nekad, ia meminjam uang ke seorang rentenir sebesar Rp5 juta untuk membayar gaji karyawan-karyawannya. Ranggaa berprinsip, apapun persoalan yang dihadapinya, gaji karyawan harus tetap dibayarkan. Rangga akhirnya menyelesaikan ketiga tantangan itu walaupun kembali harus jatuh bangun mengatur keuangan.
Usai tantangan itu diatasi, pecel lele Lela kian laris.Berkat lele goreng tepung andalan, rumah makan Rangga semakin ramai pengunjung. Ranggapun pindah ke tempat yang lebih besar, terus melakukan inovasi dalam membuat variasi makanan pecel lelenya, antara lain tiga menu utama,yaitu lele goreng tepung, lele filet kremes, dan lele saus padang.
Tantangan ternyata belum berakhir. Rangga ditinggalkan koki utamanya, bahkan ternyata kokinya tersebut membuat usaha sejenis.
Ditengah kekecewaan atas putusan kokinya tersebut, Rangga bertemu dengan teman SMAnya, Bambang, yang saat itu bekerja di sebuah restoran cepat saji. Menyadari temannya tersebut memiliki pengalaman dan pengetahuan yang kuat dalam bisnis restoran, Rangga menariknya menjadi konsultan bisnis pecel lele Lelanya.
Dibantu Bambang, Rangga membangun fondasi usahanya, meletakkan pijakan dasar berupa budaya kerja dengan membuat standar kerja dan standar produksi. Salah satunya, sapaan "Selamat Pagi" yang wajib diucapkan karyawannya kepada setiap pengunjung yang baru datang, walaupun hari sudah siang, atau bahkan malam.
Menurut Rangga, sapaan ‘Selamat Pagi' tersebut bertujuan agar para karyawan termotivasi dan produk yang disediakan selalu segar seperti segarnya suasana pagi hari.
Bambang pulalah yang mengusulkan pada Rangga untuk membuka cabang-cabang pecel lele Lela di tempat-tempat lain, namun dengan standar produksi dan pelayanan yang sama. Pada akhirnya Bambang menjadigeneralmanagerPecel Lele Lela.
Pada tahun 2009 atau setahun lebih dari saat ia membuka bisnis pecel lelenya, Rangga mulai menerapkan konsep waralaba dan ternyata diminati sehingga terbentuk waralaba pecel lele Lela di Bandung, Yogyakarta dan medan. Bahkan Rangga mendapatkan permintaan waralaba dari orang-orang Indonesia yang tinggal di Jeddah, Penang, Kuala Lumpur, dan Singapura.
Dengan keberhasilannya tersebut, Rangga bersama Pecel Lele Lelanya ikut mengisi menu acara buka bersama yang diadakan Presiden SBY di Istana Negara, dihadiri para menteri dan duta dari negara sahabat pada 2009 lalu. Penghargaan lain juga diraih Rangga yakni Indonesia Small and Medium Business Entrepreneur Award pada tahun 2010 dari Menteri Usaha Kecil dan Menengah.
Tahun 2011 lalu, Rangga juga menerima penghargaan dari Menteri Perikanan dan Kelautan karena usahanyadinilai paling inovatif dalam mengenalkan dan mengangkat citra lele dengan menciptakan makanan kreatif sekaligus mendorong peningkatan konsumsi ikan.
Dalam hal keuntungan, Rangga mengklaim, saat ini, Pecel Lele Lelanya meraup omzet Rp. 8.2 milyar per bulan. Yanuar Jatnika/Berbagai sumber          
            Rumah makan Pecel Lele Lela merupakan pelopor masakan lele modern yang ada di Indonesia. Rumah makan ini  menyajikan berbagai menu masakan yang unik dengan menu utamanya adalah Lele. Merek Pecel Lele Lela merupakan singkatan dari Pecel Lele Lebih Laku. Awal berdirinya rumah makan ini adalah untuk membidik pangsa pasar di kalangan mahasiswa yang ada di kota Depok. Ruangan Pecel Lele Lela ini beratmosfir layaknya sebuah restoran siap saji, dengan dominasi warna hijau dan kuning. Ini juga yang membedakan dengan sajian lele kaki lima. Apalagi dengan sambutan para pramusaji yang selalu menyapa ramah siapa saja yang datang. Jangan heran jika di sini sapaan pramusaji selalu selamat pagi dan tidak pernah ada selamat siang, sore atau pun malam, karena pagi melambangkan keadaan yang selalu segar.
            Dalam pemilihan bahan baku untuk menu utama makanan, Pecel Lele Lela cukup selektif dalam segi kualitas. Mereka memiliki standar sendiri terhadap ukuran lele yang akan dijual. Hal ini jelas membedakan mereka dengan para penjual pecel lele di pinggir jalan. Biasanya Pecel Lele Lela sudah mempunyai pemasok tersendiri untuk memenuhi bahan baku utama masakannya. Selain itu mereka juga bermitra dengan para peternak lele sehingga membantu para peternak lele dalam memasarkan hasil budidayanya.
Di Pecel Lele Lela ini, lele disajikan bukan sekadar menu biasa tapi sebuah pengolahan daging lele yang memungkinkan bumbu meresap sempurna. Sebelum diolah, lele mentah dimasukkan ke dalam bumbu ungkep dasar rahasia. Dengan cara itu, tekstur daging pun terasa lebih lembut dan rasa amis tidak terasa lagi. Kecuali dagingnya lembut, tulang kepalanya terasa renyah. Harga menu berkisar antara Rp 6.000,- hingga Rp 12.000,-.
Adapun menu-menu yang ada di Pecel Lele Lela antara lain:
·           Lele Saus Padang, Lele terlebih dahulu digoreng kemudian disiram dengan saus merah, sausnya cukup kental dengan rasa tomat yang dominan. Menu ini paling banyak diminati oleh konsumen.
·           Lele Fillet kuah TomYam, seperti namanya Fillet, daging lele dipisahkan dari tulangnya, kemudian digoreng dengan tepung dan disajikan dengan semangkuk kuah TomYam.
·           Lele Original, menu ikan lele goreng yang yang banyak kita jumpai di warung-warung makan. Yang membedakan hanyalah ukurannya saja yang lebih besar dan digoreng dengan baluran telur kocok.
·           Lele Tepung Goreng, menu ikan lele yang digoreng dengan tepung.
Bagi yang tidak menyukai menu lele diatas, Pecel Lele Lela juga menyediakan menu selain ikan lele sebagai variasi dari sajian menu diantaranya adalah ayam bakar madu, tumis toge, dan cah kangkung. Semua menu tersebut sangat terjangkau harganya, terutama bagi kalangan anak kos.
Pelayanan Rumah Makan Pecel Lele Lela cukup memuaskan. Pesanan makanan diantar tidak terlalu lama. Tempatnya juga selalu bersih membuat para konsumen merasa nyaman. Setiap konsumen datang dan pergi selalu disambut dengan sapaan yang serempak dari para pelayan. Namun bukan berarti tidak ada kekurangan. Menurut kami kekurangannya tempatnya kurang luas sehingga berpengaruh terhadap daya tampung konsumen terutama pada saat hari sabtu dan minggu dimana para konsumen yang datang sangat banyak. Masakan yang enak, harga terjangkau, serta pelayanan yang ramah dan memuaskan membuat para konsumen tertarik untuk kembali lagi.  
  
BAB III
KESIMPULAN
          Dengan melalui pengamatan ini maka dapat disimpulkan bahwa bisnis restoran waralaba di kota Depok cukup menguntungkan. Salah satunya adalah Rumah Makan Pecel Lele Lela yang merupakan pelopor lele modern di Indonesia. Dengan sejumlah kreasi unik dari menunya, Lele Lela mampu mendongkrak gengsi lele. Kita bisa mendapatkan menu dengan harga yang cukup terjangkau. Kita juga mendapatkan beberapa kelebihan Pecel Lele Lela, diantaranya :
·      Lokasi yang mudah dijangkau, berada di tepi jalan utama dan berada di sekitar lingkungan   tempat tinggal mahasiswa membuat rumah makan ini selalu ramai.
·      Pelayanan dari para pramusaji yang ramah menjadi nilai tambah tersendiri.
·      Para karyawan selalu menyambut dengan salam secara bersamaan, baik ketika konsumen datang maupun konsumen pergi.
·      Tempat yang bersih membuat nyaman kita dalam menyantap makanan.
                      Selain kelebihan diatas, Pece Lele Lela juga memiliki beberapa kekurangan yang mungkin bisa dijadikan koreksi bagi manajemen, diantaranya :
·         Tempatnya terlalu kecil sehingga ketika banyak konsumen suasana terasa kurang nyaman.
·         Tidak tersedianya lahan parkir yang memadai diakibatkan lokasinya tepat berada di pinggir jalan utama. Hal ini bisa menghambat para konsumen yang membawa mobil jika ingin berkunjung dan menikmati menu makanan di rumah makan.
Jadi peluang usaha waralaba ini untuk bertahan sangatlah besar. Dengan pelayanan yang ramah dan citra rasa menu masakan yang dapat memanjakan lidah konsumen membuat konsumen merasa ingin kembali berkunjung.
BAB IV
REVERENSI
Nama Kelompok :
1)      Audia Chantika P         Npm. 21213487
2)      Septia Wulandari          Npm. 29213843
3)      Siti Khoerunnisa           Npm. 28213560

Kelas :

                                                                            1EB03





Selasa, 12 November 2013

Tugas V


 1. Produksi 

Pengertian produksi secara umum adalah sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masuknya serta keluarnya suatu produksi barang dan jasa.

Produksi secara ekonomi adalah kegiatan yang berhubungan usaha menciptakan dan penambahan kegunaan atau utilitas suatu barang dan jasa. Penambahan atau penciptaan kegunaan atau utilitas karena bentuk dan tempat ini membutuhkan faktor-faktor produksi.



2. Produksi 2 operasi dijelaskan pada gambar sebagai berikut :

Yang dimaksud dengan proses operasi atau proses produksi adalah suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga rnanusia, bahan, dan peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna atau bernilai lebih. Atau dengan kata lain proses produksi adalah transformasi bahan (input) menjadi produk (output). Alur proses produksi dalarn manajemen operasi adalah INPUT --> TRANSFORMASI --> OUTPUT. Input, berupa mesin, bahan/komponen, energi, dan desain produk di-transformasi-kan dengan menggunakan berbagai fasilitas produksi yang terdapat di dalam pabrik menjadi output, yang berupa barang, jasa, produk sampingan, dan sisa-sisa produk.

Secara garis besar, proses produksi di dalam pabrik dikelompokkan rnenjadi dua, yaitu pola produksi terus-menerus, dan pola produksi terputus-putus. Ciri-ciri dari kedua pola produksi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pola produksi terus-menerus (continuous)
Ciri-ciri pola produksi terus-menerus (continuous) yaitu:
  • Output yang dihasilkan besar 
  • Variasi produk rendah 
  • Produk yang dihasilkan standar 
  • Mesin yang digunakan khusus, semi otomatis 
  • Operator tidak harus ahli
  • Apabila terdapat satu mesin rusak, maka proses produksi berhenti 
  • Diperlukan perawatan spesialis atau oleh ahli
2. Pola produksi terputus-putus (intermitten)
Ciri-ciri pola produksi terputus-putus (intermitten) adalah:
  • Output yang dihasilkan kecil 
  • Variasi produk tinggi
  • Produk yang dihasilkan berdasar pesanan 
  • Mesin produksi yang digunakan bersifat umum, tidak otomatis 
  • Diperlukan operator ahli
Kedua pola produksi tersebut apabila digambarkan dalam skema perencanaan operasi akan nampak sebagai berikut:
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiu_IAMCUCy2oaXzYe0UbZ2Vscx2z4thadrZU-mGCT-hv5oUI7-S-YDcIOSgm0nB2wIOcapl2URke6HxdwWESZbiQ9kQAN9pvUEjXgd0TUD_SfaPDcUczyNk4cDU3dP_VyWWpIa2zHy28I/s400/1.jpg
Gambar 1. Skema Perencanaan Operasi Terus Menerus

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLlKnr_Bj9ldQIGspzM7TSzqMD5OqbrU_MFje_2b0g8Lujeom6q5rp03l9HEVekD5ypH9E_x3xE68yfv_byD_8yCFdzy7zY4VPPw7iGDrbVUVc1OCL25RSSrvgKhDi-yp4xVcBLNrIZXE/s400/2.jpg
 Gambar 2. Skema Perencanaan Operasi Terputus-putus

Kegiatan perencanaan dan pengawasan proses operasi dikelompokkan menjadi empat tahap, yaitu : 
  1. Routing, adalah kegiatan menentukan urut-urutan dalam suatu pekerjaan secara logis slstematis dan ekonomis, melalui urutan bahan baku menjadi barang jadi. Dalam pola produksi  terus-menerus, routing dipakai  sebagai dasar dalam menyusun layout, sedangkan pada pola produksi terputus-putus, routing dilakukan setelah menyusun layout. 
  2. Scheduling, yaitu membuat jadwal untuk melaksanakan suatu pekerjaan. Pada pola produksi terus-menerus, dibuat master scheduling, untuk pekerjaan yang berulang-ulang, dengan kebutuhan barang per periode.  Metode yang biasa dipakai adalah Gantt Chart. 
  3. Dispatching, yaitu pemberian wewenang untuk melaksanakan suatu kegiatan melalui perintah, baik secara lisan, tertulis, atau dengan tanda/sinyal. Tugas dispatching adalah membuat perintah pengerjaan dan meneliti tersedianya bahan-bahan sebelum perintah dibuat. 
  4. Follow Up, adalah langkah perbaikan terhadap kesalahan yang telah dilakukan sebelurnnya.